Nama Fiersa Besari sempat menjadi perbincangan di sosial media usai diketahui ikut dalam rombongkan pendaki ke Puncak Carstensz. Pendakian ini menjadi sorotan usai diketahui ada dua pendaki dalam rombongan yaitu Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, meninggal dunia akibat hipotermia karena cuaca buruk.

Melalui unggahan di Instagram, Fiersa pertama-tama menyampaikan belasungkawa atas kepergian kedua pendaki tersebut.

"Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan ucapan belasungkawa yang terdalam. Turut berduka cita atas berpulangnya Bu Lilie Wijayanti Poegiono (Mamak Pendaki) dan Bu Elsa Laksono. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan. Semoga Bu Lilie dan Bu Elsa diberikan tempat terbaik di sisi-Nya," tulis Fiersa Besari.

Selanjutnya, Fiersa meminta maaf karena baru memberikan kabar mengenai tragedi ini. Musisi 41 tahun itu mengaku bahwa dirinya dan beberapa pendaki lain yang sudah tiba di basecamp Yellow Valley (YV) sempat syok setelah mendengar berita duka tersebut. Sehingga mereka butuh waktu untuk menenangkan diri.

"Saya juga ingin meminta maaf karena baru mengabari perihal situasi Carstensz Pyramid (Puncak Jaya), karena kami yang berada di basecamp Yellow Valley (YV) pun merasa sangat syok dan berduka atas tragedi yang telah terjadi," jelasnya.

Meski begitu, Fiersa Besari memastikan bahwa kondisinya kini sudah stabil. Bersama pendaki lain, Furky Syahroni, Fiersa tiba di basecamp pada 28 Februari 2025 malam, tetapi baru bisa kembali ke Timika pada 3 Maret 2025. Cuaca buruk menjadi penghambat lalu lintas helikopter, yang merupakan satu-satunya akses resmi ke YV.

"Saat ini, saya dan Furky Syahroni baru tiba kembali ke Timika, Papua Tengah (3 Maret 2025) setelah tertahan di YV terkait cuaca buruk yang berdampak pada lalu lintas helikopter. Kondisi kami, Alhamdulillah, stabil." Sambungnya.

Dalam pernyataan yang sama, Fiersa juga menjelaskan bahwa dirinya tidak tergabung dalam rombongan yang sama dengan Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, meski melakukan pendakian di waktu yang sama.

Lebih lanjut, Fiersa juga memberikan gambaran medan Carstensz Pyramid yang berbeda dari gunung-gunung lainnya di Indonesia. Dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (MDPL) dan medan tebing curam setinggi 600 meter, pendaki diwajibkan menguasai teknik penggunaan alat tali seperti ascending dan rappelling sebagai prosedur keselamatan.

Selain itu, suami dari Aqia Nurfadla ini menegaskan bahwa berada di ketinggian di atas 4.000 MDPL dalam cuaca buruk sangat berisiko, karena pendaki yang diam terlalu lama rentan terkena hipotermia. (ND)