Image Source : Instagram
Begitu ia berpikir seperti ini, ada tangan di samping kanan yang memegangnya. "Ganteng, orang Arab, harum, berbahasa Palembang," ia mendeskripsikan sosok yang ditemuinya di Raudhah.
Sosok tersebut menyapanya dengan bahasa Palembang, "'Nak ke mano? Pak Tantowi, mau ke mana?'"
Tantowi yang heran bertanya kepada sosok ini, apa ia orang Palembang, dan dibenarkan oleh pria tersebut. Tantowi juga menjelaskan kepadanya, bahwa ia hendak keluar karena tak tahu mesti berdoa apa di Raudhah.
"Dari sakunya ia keluarkan sebuah buku, saya ingat banget bukunya berwarna silver. Judul bukanya Doa-Doa di Raudhah. You know what, semua doa itu dalam bahasa Indonesia, karena saya enggak bisa baca Arab," jelas Tantowi.
Tantowi juga menceritakan perihal buku misterius yang ia temui saat menjalankan ibadah Umrah.
Sosok tersebut kemudian menghadiahkan buku ini untuk Tantowi. "Selama saya di Mekkah dan Madinah, buku itu ada," kata Tantowi. Ia juga ingat betul alamat pondok pesantren di Palembang yang menerbitkan buku ini.
Begitu ia pulang ke Jakarta, buku itu lenyap. Ia pun meminta kakaknya, untuk mengecek keberadaan pondok pesantren ini di Palembang, untuk berterima kasih. Laporan sang kakak mengejutkannya, karena tak ada pesantren di alamat yang dituju.
"MasyaAllah, siapa orang itu. Itulah kebesaran Tuhan. Ia kirim malaikat," kata Tantowi Yahya. Ia melanjutkan, "InsyaAllah dalam hidup saya, saya pernah ketemu malaikat."
(Dnd)